Minggu, 25 April 2010

Mahalkah sebuah harga demokrasi?

Penulis : Sri Anjarwati

Ada sebuah anggapan atau pendapat bahwa demokrasi itu menjadi harga mati guna mencapai kesejahteraan rakyat. Apakah itu benar ?
Demokrasi dapat dianggap sebagai sebuah harapan dan masa depan cerah karena demokrasi tidak salah tapi mungkin penerapannya yang salah.
Ada banyak hal yang kita bisa baca saat ini sebagai ironi dari demokrasi. Salah satu bahwa ternyata harga demokrasi itu sangat mahal yaitu membutuhkan banyak pengorbanan. Menurut Woodrow Wilson. ” Demokrasi merupakan bentuk Pemerintahan yang sulit ”.
Beberapa bentuk pengorbanan untuk demokrasi antara lain :
1) Pengorbanan Harta
Pada Pemilu 2009 Komisi Pemilihan Umum ( KPU ) mengajukan anggaran sebesar Rp. 47 – 9 triliun. Dimana jumlah anggaran tersebut hampir mendekati anggaran pendidikan 20% dari APBN. Biaya Pemilu 2009 lebih besar dibandingkan dengan anggaran Pemilu 2004 sebesar 3,7 triliun. Selain itu biaya untuk iklan sebagai pengenalan tokoh tersebut. Sebagai gambaran rata – rata biaya iklan televisi untuk 1 ( satu ) slotnya adalah 100 juta. Itu artinya jika dalam 1 ( satu ) hari iklan seorang tokoh muncul 5 ( lima ) kali di stasiun TV, maka biayanya 500 juta. Itu baru 1 ( satu ) stasiun TV. Bagaimana jika di 4 ( empat ) stasiun TV..?? Belum lagi iklan di Surat Kabar dan Radio. Jika di lihat dari post anggaran untuk penyelenggara pemilu dari semua tingkatan kami menglihat bahwa anggaran tersebut banyak digunakan untuk untuk belanja publik dari pada belanja honorarium.
2) Pengorbanan Waktu
Penyelenggara pemilu membutuhkan waktu 8 bulan untuk semua tahapan dalam pemilu, dari waktu yang sudah disediakan itu penyelenggara pemilu harus berusaha semaksimal mungkin agar semua tahapan dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Selain itu Waktu untuk persiapan Pemilu dan Kampanye yang begitu lama jelas membuat Pemerintahan terganggu. Waktu 5 tahun yang seharusnya digunakan untuk menjalankan Pemerintahan dan melayani rakyat, justru terkuras untuk menangani Pemilu mendatang. Indonesia mencetak rekor sebagai negara yang paling menyelenggarakan demokrasi procedural. Faktanya jika di hitung sejak reformasi indonesia sudah menyelenggarakan 3 (tiga ) kali pemilu. (kompas 24/6/2008)


3. Pengorbanan tenaga
Yang perlu diperhatikan adalah tenaga yang harus dikorbankan oleh rakyat. Tenaga mereka dibutuhkan untuk menjadi tim sukses, tim kampanye, dalam lingkup yang lebih substansial, demokrasi telah mengorbankan tenaga rakyat untuk kepentingan-kepentingan perusahaan dan pemilik modal.
4. Pengorbanan perasaan
Perasaan rakyat dalam sistem demokrasi seringkali tersakiti baik itu sengaja atau tidak. Mereka selalu diberi harapan dan janji-jani oleh penguasa, para kapitalis dan pemburu kekuasaan, tetapi sering di ingkari.

Semoga dari sedikit uraian ini menjadi bahan renungan dan instropeksi bagi diri kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar